Haque Sisters, Marissa and Soraya, Shahnaz

Haque Sisters, Marissa and Soraya, Shahnaz
Haque Sisters, Marissa and Soraya, Shahnaz

Kami Berenam Insya Allah Kompak

Kami Berenam Insya Allah Kompak
Marissa, Soraya, Shahnaz, Ikang, Ekky, dan Gilang

Ikang Fawzi dan Ayah Mertuanya di Portugaal, Belanda

Ikang Fawzi dan Ayah Mertuanya di Portugaal, Belanda
Ikang Fawzi Kompak dengan Ayah Mertuanya Direktur di Pertamina H. Allen Haque

Soraya Haque yang Takut di Foto di Temani Papanya

Soraya Haque yang Takut di Foto di Temani Papanya
Hut Marissa Haque di Plaju Palembang

Ikang Fawzi dan sang Mertua Allen Haque dalam Pendidikan untuk Anak melalui Mendongeng

Ikang Fawzi dan sang Mertua Allen Haque dalam Pendidikan untuk Anak melalui Mendongeng
Kisah Malin Kundnag yang Durhaka dan Batu Menagis di Pantai Air Manis, Kota Padang, Ikang Fawzi dan Kedua Balita Putrinya bersama sang Kakek Opa Allen Haque.

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) & Konsultan Perkawinan

Early Child Educations & Mid-life Couple Consultant

Judul diatas tersebut adalah obsesi pengabdian kami bertiga--Marissa, Soraya, dan Shahnaz Haque.

Makna dalam Bahasa Indonesianya kurang lebih adalah: "PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan Konsultan Perkawinan Menuju Perak & Emas"

Kami bertiga merasa bahwa ada hal-hal baik yang kami dapatkan dari kedua orangtua kami didalam proses pendidikan kepada ketiga putrinya. Apa yang kami rasakan baik, ditambah dengan pengetahuan serta keilmuan baik formal maupun informal kami coba-tularkan kepada seluruh kerabat serta handai taulan--orang-orang yang dekat dihati. Kepada anda semua masyarakat Indonesia dimanapun berada.

Viva generasi penerus anak bangsa Indonesia!

Lahir dari Keluarga Pertamina Plaju, Palembang

Lahir dari Keluarga Pertamina Plaju, Palembang
Haque Sisters, Marissa dan Soraya Haque, 5 dan 4 Tahun di Plaju dan Palembang

Haque Sisters, by Oil of Olay, Marissa, Soraya dan Shahnaz

Haque Sisters, by Oil of Olay, Marissa, Soraya dan Shahnaz
Haque Sisters dalam Promo Iklan Kecantikan Oil of Olay

The Haque Sisters

The Haque Sisters
Marissa, Soraya dan Shahnaz Haque

Kamis, 21 Januari 2010

Sekuat Tenaga Menghindari Perceraian: Marissa Haque

Kenapa Hanya para Istri yang Takut Kehilangan Suami? Kenapa tidak kita pikirkan bahwa para suami juga seharusnya takut juga kehilangan istrinya?Ah! Namun para pria usia 50 tahunan yang mengalami ANDROPAUSE sebenarnya lebih berbahaya karena dia tidak tahu bahwa dirinya tengah mengalami perubahan hormonal. Dia tidak menyadari jika perilakunya melukai perasaan pasangan sah dan anak-anak yang dilahirkan didalam perkawinan tersebut.Kalau perempuan jelas, menopause adalah perubahan dari pertama mendapatkan haid menjadi tidak mendapatkan haid lagi/berhenti secara berkala sampai akhirnya total sama sekali berhenti.

Mencoba Kalau Bisa Menghindari Perceraian

Pendidikan Anak Seimbang, Hidup Seimbang, Perhatian Seimbang, insya Allah antisipasi Perselingkuhan: Shahnaz Haque

17 Apr 09

Menyikapi Virus Cerai & Selingkuh Ala Shanaz Haque

Kata selingkuh dan cerai merupakan momok yang menakutkan bagi setiap pasangan suami-istri. Hampir setiap tahun tercatat sekitar 200 ribu pasangan yang mendaftarkan gugat cerai ke pengadilan. Tapi, bagi pasangan artis Shahnaz Haque dan Gilang Ramadhan, rumah tangga mereka termasuk harmonis. Kendati sering terjadi percekcokan. Dalam dialog ”Menyikapi Virus Cerai dan Selingkuh” yang diadakan Seksolog Dr Boyke Dian Nugraha, Shahnaz mengatakan, sebisa mungkin masalah itu diselesaikan dengan baik.Kendati caranya sangat klise yakni berkomunikasi dan saling pengertian.

Pasangan yang menikah selama lebih dari 8 tahun ini mengaku kalau dewasa ini semakin banyak artis yang merasa rumah tangga mereka kerap mengalami masalah sampai akhirnya rumah tangga yang dibina selama bertahun- tahun menjadi sulit untuk dipertahankan. Seperti pasangan Dewi Sandra dan Glenn Fredly atau Lusy Rachmawati dengan Jose Purnomo atau sederetan artis lain yang berusaha menyelesaikan masalah rumah tangga mereka di pengadilan. Bagi Shahnaz, sebelum masalah besar itu muncul, dia berusaha meluangkan waktu bersama suami. Kendati kehadiran 3 anaknya membuat mereka sulit untuk melakukan waktu berduaan. ”Kita berusaha selalu meluangkan waktu untuk berdua. Kita bertoleransi dan tidak menganggap 3 anak sebagai penghambat untuk menjaga keharmonisan kita berdua,”sebut Shahnaz. Bicara orang ketiga dalam rumah tangga, Gilang mengaku ketika dirinya berjanji untuk menikah, janji yang dilakukannya itu bukan dengan adik kandung Marissa Haque dan Soraya Haque ini. Tapi jangan salah sangka dulu, penabuh drum ini mengaku berjanji menikah dengan Tuhan. ”Karena saya takut dengan Tuhan dan itu yang membuat rumah tangga kita tetap harmonis. Kami percaya Tuhan itu ada,”jelasnya. ”Saya itu sibuk dengan pekerjaan saya.

Saya harus keliling Indonesia sehingga bisa lupa dengan istri dan anak. Jadi harus sering saling mengingatkan. Hidup ini harus seimbang saja,”sebutnya.

Jumat, 15 Januari 2010

Buku dan Pendidikan Mental: Ikang Fawzi

Wednesday, October 04, 2006

"Buku-buku rohani keagamaan memang telah memberi pencerahan," Tutur Ikang Fawzi (45), artis yang juga menjadi CEO di sebuah perusahaan properti. Setelah membaca beberapa buku karya kiai kondang, AA Gym, Ikang mengakui mulai merasa ada perubahan sikap dalam dirinya. Diakuinya, sikap percaya diri yang selama ini cenderung berlebihan mulai berkurang.
Terlepas dari proses hidup yang berkembang, usia yang sudah memasuki tahap kematangan. Laki-laki yang telah dikaruniai dua putri yang mulai menginjak remaja ini semakin enteng dalam menjalani hidup. Ia tidak lagi mempunyai keinginan untuk menjadi orang paling terkenal atau paling kaya sekalipun. "Yang paling penting dalam hidup, menjadi orang paling bermanfaat bagi masyarakat dan ikut dalam perubahan positif," tegasnya.

Meskipun demikian, selain menyukai buku-buku musik, suami dari artis cantik dan anggota DPR, Marissa Haque, ini tetap doyan dengan buku-buku bisnis. Mulai dari kiat-kiat bisnis, smart business hingga buku-buku manajerial yang menunjang pekerjaannya. Tak mengherankan jika Robert Kiyosaki menjadi salah satu sumber inspirasinya dalam menggali ide bisnis. Rich Dead Poor Dead adalah salah satu buku yang menurut dia banyak memadukan kebenaran dengan apa yang dilakukan selama ini. "Saya jadi tahu, ternyata McDonald’s besar bukan karena bisnis hamburgernya, tapi usaha propertinya yang mampu mendukung dalam menempatkan outlet-outlet McD yang strategis.Buah yang dipetik selama ini, selain karena usaha yang benar, rupanya juga tak lepas dari kebiasaannya meluangkan waktu untuk membaca apa saja selama dua jam sehari. Menurut laki-laki yang pernah tinggal di Belgia dan Jepang ini, informasi memang penting. Dan, informasi itu pun tidak mesti di dapat dari buku-buku. Karena apa pun yang sifatnya informatif, seperti surat kabar yang dibacanya setiap hari juga memberi nilai pengetahuan.

Tidak mengherankan jika berbagai jenis buku tersusun di ruang perpustakaannya yang cukup luas. Selain koleksi buku-buku yang membuat para penikmat buku pasti ingin mencicipi, komputer yang disediakan di perpustakaan itu juga difungsikan sebagai ruang kerja sekaligus tempat belajar. Dengan demikian, semua anggota keluarga tak terkecuali anak-anak juga bisa menggunakannya. Selain itu, rak buku yang disediakan di ruang keluarga juga menunjukkan Ikang Fawzi-Marissa Haque sebagai salah satu keluarga yang menganut buku boleh berserakan di mana-mana.

Sayangnya, kebiasaan Ikang untuk membaca dua jam sehari masih kalah jauh dibandingkan istri dan anak-anaknya. "Saya ini termasuk paling tidak rajin membaca buku," akunya. Sebagai anak mantan diplomat, semasa kecil Ikang mesti mengikuti orangtuanya berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Risiko menemui nilai dan budaya baru pun dirasakannya. Meskipun ia sempat kesengsem dengan Asterix-Obelix dan Tintin, kecintaan terhadap komik Bharatayuda-nya RA Kosasih tidak luntur. Bahkan komik-komik Jepang tidak diliriknya.

Sumber : Kompas , 23 April 2005

Jihad Cinta dalam PAUD: Shahnaz Haque

Majalah Al Madinah

Mendidik dan Memberdayakan
Salam, Jumat, 18 Desember 2009
Jangan sekalipun Anda membayangkan jihad di sini sebagaimana yang banyak diteriakkan oleh para terpidana kasus terorisme. Sama sekali tak ada kaitannya dengan pengeboman tempat-tempat tertentu. Karena, seperti berulangkali ditegaskan oleh para ulama, pemaknaan jihad sebagai penyerangan terhadap kelompok lain yang dianggap kafir adalah tafsir yang salah dan menyesatkan. Karena itu, pemakanaan jihad yang benar harus ditanamkan sejak usia dini kepada generasi bangsa.
Pada edisi ini, Shahnaz Haque, duta anak PBB, hendak berbagi informasi seputar cara mengajarkan jihad (dengan arti membangun mentalitas pantang menyerah dalam kebaikan) kepada anak. Memang tidak mudah, akan tetapi juga tidak sulit dilakukan. Tentu dengan kesabaran dan kesadaran mendalam dari para orangtua. Berikut hasil petikan wawancara SR Jannah dari Al Madinah melalui surat elektronik dengan istri dari drummer terkenal Gilang Ramadhan itu.

Generasi muslim dinilai oleh banyak kalangan, gagap dan tidak tanggap terhadap perubahan zaman tanpa hanyut di dalamnya. Buktinya, jihad dakwah dan jihad pendidikan tak mampu menopang penyiapan generasi yang mumpuni sesuai nasehat Ali Bin Abi Thalib R.A, “Jangan paksakan anakmu untuk menjadi seperti kamu, karena dia diciptakan bukan untuk zaman kamu.” Akibatnya sudah kita rasakan, jihad banyak dimaknai oleh sebagian putra bangsa sebagai bom bunuh diri, seperti terjadi belakangan ini. Bagaimana Anda menjelaskan fenomena?

Hidup bukan hidup kalau datar-datar saja, atau senang-senang saja. Sabda Allah dalam Al Quran dan mungkin juga ada dalam kitab suci agama lain bahwa akan Aku gilir-gilirkan hari ini di antara kamu.

Nah, ada saja yang mungkin terjadi dalam kehidupan kita yang membuat kita berada dalam situasi krisis, misalnya bencana terhadap pemahaman jihad anak-anak muslim, hingga sekarang marak terjadi bom bunuh diri. Coba ditengok lebih cerdas. Anak-anak yang terbawa dalam kelompok itu ialah mereka yang sering mengalami bencana dalam rumah sendiri. Hal itu membuat mereka berada dalam situasi krisis, sebab melihat orangtuanya tidak memahami mereka. Perseteruan yang tidak terselesaikan di rumah dan segudang masalah lainnya, berakibat fatal.

Jarang kita melihat, anak yang tahu bahwa di rumahnya hangat, dia mencari cinta di luar rumah. Jadi yang harus dibetulkan bukan pelajaran agamanya dulu! Tapi ilmu parenting di keluarga, ilmu komunikasi antara orangtua dan buah hati. Komunikasi yang benar bukan dalam bentuk perintah satu arah dari orangtua kepada anak. Tidak masuk akal bukan, kalau komunikasi yang dilandasi kepercayaan, orangtua masih kecolongan juga?

Nah bagaimana menjalani situasi ini dengan tenang dan berupaya keluar dari masalah tanpa terlalu stres, ternyata juga butuh ilmu. Jadi simpelnya, jika ingin melakukan perbaikan, perbaikilah yang di depan mata dulu. Lihat sambungan hati dengan anak, rancang komunikasi yang baik, baru isi ilmu kebaikan tersebut!

Toleransi tanpa ketegasan adalah ketidakberdayaan, ketegasan tanpa ilmu adalah keberingasan. Oleh karenanya, toleransi perlu kita ajarkan kepada anak-anak kita terhadap mereka yang tidak seiman atau berbeda pemahaman. Akan tetapi toleransi tanpa ilmu adalah kelemahan dan rendah diri. Nah, bagaimana menerapkan kaidah ini dalam kehidupan kita sehari-hari kepada anak-anak kita?Ada hal yang bisa kita pertanyakan, tetapi ada yang tidak dan harus diterima sebagai takdir. Nah kalau yang satu ini masih bisa dipertanyakan pada diri sendiri, ambil waktu untuk merenung, "Apakah saya sudah mencontohkan sikap toleransi tersebut kepada anak saya?

"Tindakan beribu kali lebih baik dari berjuta kata! Jangan lupa, kini giliran kita untuk menjadi madrasah yang hebat untuk anak-anak. Selama ini banyak dari kita sibuk dengan emosinya sendiri. Berbagai bentuk emosi negatif ada di kepala kita; marah, sedih, rasa bersalah, penyesalan yang tidak habis-habis, dan lain-lain. Lalu kapan kita mau menjadi contoh?Jadi kalau kita ingin anak kita membawa rahmat untuk semesta alam, kita harus jadi orang yang waras dan sehat jiwanya dulu. Jangan terlalu lama lihat kaca belakang, toh kalau mau lihat ke belakang juga pakai kaca spion kan? Karena yang penting lihat ke depan, kalau tidak, bisa menabrak!

Intinya jadilah orang yang penuh dengan cinta. Karena Allah juga memperkenalkan diri melalui sifat yang feminin terlebih dulu, di mana kasih, cinta penuh terhadap makhluk, sebelum sifat maskulinnya keluar seperti Maha Kuat.

Mempersiapkan anak yang mampu menggumuli masa depan tentu dibutuhkan kerja ekstra keras. Misalnya dengan tidak menggantikan kehangatan, belaian, dan perhatian orangtua dengan benda-benda mati seperti alat permainan yang melenakan. Persoalannya, tidak mudah mengatur kualitas dan kuantitas peranan orangtua tersebut pada orangtua yang sibuk bekerja di luar rumah sepanjang hari. Bagaimana mengatasi hal ini menurut Mbak?

Sederhana, jangan panik! Walaupun sibuk, jangan dipikir “Semua harus dilakukan sekarang!” Tapi yang lebih penting harus dilakukan dengan benar dan tepat. Ingat, walaupun orangtua bekerja, tetap kita akan pulang ke rumah. Sesampai di rumah memang konsentrasi khusus kepada mereka, bukan meneruskan pekerjaan kantor.

Ingat prinsip bahaya dan kesempatan, hindari untuk melihat bahaya terlalu pintar jadi kehilangan melihat adanya kesempatan. Maksud saya, setelah kita melakukan pengasuhan dengan baik, tapi tetap anak melakukan sesuatu yang salah sehingga hati kita terluka, pahamilah itu sebagai krisis dari paket ujian. Hikmahnya, kita semakin bijak menghadapi hidup.

Jadi jangan pergi ke tempat kerja dengan setumpuk rasa bersalah, atau membayar dengan mainan mahal. Sikap utama bagi orangtua yang bekerja adalah syukur, sabar, shalat, dan tegar. Syukur, tenaga dan ilmunya masih terpakai untuk bekerja, karena tempat pekerjaan adalah ladang ibadah Anda. Sabar bahwa Anda akan letih sekali, harus bekerja sekaligus mengasuh anak, jangan mengeluh. Karena banyak orang yang menganggur dan mandul, tidak punya anak. Anda diberi keduanya. Shalat adalah tempat untuk mengambil energi buat berjalan ke depan. Tegar apabila ada masalah. Ingat ilmunya, anak akan ikut apa yang dicontohkan ibu- bapaknya.

Sumber: http://majalahmadinah.blogspot.com/2009/12/mengajarkan-jihad-sejak-dini.html

Soraya Haque Soekarno, Adik Marissa Haque, Ipar Ikang Fawzi

Soraya Haque Soekarno, Adik Marissa Haque, Ipar Ikang Fawzi
Soraya Haque Soekarno, Adik Marissa Haque, Ipar Ikang Fawzi

Bulan Madu Pertama, Rumah Ikang & Marissa, September 1986, Mannheim,West Germany

Bulan Madu Pertama, Rumah Ikang & Marissa,  September 1986, Mannheim,West Germany
Bulan Madu Pertama, Rumah Ikang & Marissa, September 1986, Mannheim,West Germany

Ungkapkan I Love You, Ikang Fawzi dan Marissa Haque, Tebet Timur.jpg.jpg

Ungkapkan I Love You, Ikang Fawzi dan Marissa Haque, Tebet Timur.jpg.jpg
Ungkapkan I Love You, Ikang Fawzi dan Marissa Haque, Tebet Timur.jpg.jpg

Ikang Fawzi's Ballerina, Marissa Grace Haque Once Upon a Time

Ikang Fawzi's Ballerina, Marissa Grace Haque Once Upon a Time
Once Upon a Time Marissa Haque was a Ballerina

Era Mini Zona 80 Marissa Haque

Era Mini Zona 80 Marissa Haque
Rok Kulit Mini-mini Marissa Haque

Entri Populer